Keluarga Pintu Pertama Dalam Pendidikan Moral Beragama

Pendahuluan.

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kewajiban pertama bagi keluarga dalam mewujudkan keturuanan yang bermoral, terdidik, dan terarah. Akan tetapi kebanyak keluarga pada zaman ini kurang memperhatikan, atau kurang bisa membimbing anak-anaknya kepada hal-hal yang positif dari sisi moral dan juga Agama. Sehingga seringkali kita dapati anak-anak muda yang tidak bermoral, tidak memiliki sopan santun, bahkan bisa dikatakan jauh dari pendidikan Agama.

Kebanyakan keluarga pada zaman ini menjadikan standar kesuksesan pada anak-anak mereka adalah menjadi orang yang kaya, memiliki banyak uang, rumah, mobil mewah, dan sebagainya. Pada akhirnya mereka menjadikan anak-anak mereka “budak dunia”, yakni anak-anak yang lebih mementingkan keselamatan, kesejahteraan kehidupan mereka didunia.

B. Kata Pengantar

            Segala puji milik Allah subhaanahu wa ta’ala semata, tidak ada tuhan yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah, dan Muhammad ﷺ adalah utusan-Nya.

            Sholawat serta salam kami curahkan kepada Nabi Muhammad ﷺ , kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada siapa saja yang berjalan diatas jalan petunjuknya hingga hari kiamat.

Amma ba’du

            Penulis bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada penulis berupa kemudahan dalam menulis tulisan ini, karna tanpa pertolongan dariNya maka penulis tidak akan bisa menjalankannya.

            Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada para juri yang telah meluangkan waktunya untuk membaca tulisan penulis ini, dan juga atas perjuangan para juri dalam memberikan nilai. Semoga Allah membalas kebaikan para juri dengan Surga Firdaus, Aamiin.

            Penulis juga mengucapkan rasa terimakasih kepada para panitia yang telah bekerja siang malam demi terselenggaranya kegiatan yang semoga Allah berkahi ini, dan semoga Allah membalas kebaikan para panitia dengan Surga Firdaus, Aamin.

C.Urgensi Penulisan.

Pengetahuan keluarga terhadap pendidikan yang baik merupakan hal yang sangat dituntut demi terciptanya keturunan yang bermoral, berkependidikan, dan berbudi luhur.

D.Tujuan Penulisan

            Menyadarkan keluarga agar bisa memberikan perhatian yang lebih terhadap pendidikan moral beragama dan betapa pentingnya mendidik anak keturunan dibawah naungan Dalil Syar’i.

Pembahasan

A. Langkah awal dalam mendidik anak

            Memiliki keturunan yang baik, berakhlak, dan bermoral merupakan keinginan semua orang. Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah tidak semua orang tau bagaimaan cara mendidik anak dengan benar.

            Baiknya keluarga baik secara perkataan, perbuatan, kebiasaan merupakan hal pertama yang harus diperhatikan orangtua dalam mendidik anaknya. Orangtua adalah panutan bagi anaknya, sang anak akan banyak mencontoh, melihat, mempraktekan apa yang ia lihat dari kedua orangtuanya, apabila orangtuanya mencontohkan yang baik maka baik pula apa yang akan dicontohkan sang anak, tapi sebaliknya apabila buruk maka buruk pula apa yang akan dicontohkan sang anak.

            Dasar dalam mengetahui sesuatu itu baik atau tidak adalah Dalil Syar’I yaitu Al Qur’an dan Hadits Nabi ﷺ, semakin banyak pengetahuan orangtua terhadapa Dalil Syar’I maka akan semaki baikpula pendidikan yang diberikan orangtua terhadapnya, dikarenakan mereka tau mana yang baik dan mana yang buruk, mana cara yang sesuai dengan Syariat mana yang tidak. Maka pengetahuan orangtua terhadap Dalil Syar’i merupakan dasar dalam memulai pendidikan kepada anak.

            Akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah sebagian orangtua merasa malu untuk belajar Agama Islam, karea merasa sudah tua dan sudah tidak layak bagi mereka belajar Islam lagi. Dan ini adalah pemahaman yang salah karena menuntu ilmu adalah suatu kewajiban bagi orang beriman dari ia mulai baligh sampai Allah ta’ala wafatkan. Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda:

طلب العلم فريضة على كل مسلم

menuntut ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah no.224)

            Berdasarkan hadits diatas maka pemahaman mereka salah dan bertentangan dengan hadits Nabi ﷺ.

            Baiknya orangtua dari sisi beragama dan lainya maka akan mencerminkan pendidikan yang baik pada anaknya. Namun apabila orangtua tidak memiliki keinginan untuk mengubah diri mereka dan hanya bermalas-malasan dengan harapan yang penting anak mereka baik maka ini keliru. Karena Allah ta’ala tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka dulu. 

ﵟ‌إِنَّ ‌ٱللَّهَ ‌لَا ‌يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ ﵞ 

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan mereka sendiri” (QS. 13:11).

            Maka hendaklah orangtua ketika ingin mendidik anaknya agar tumbuh dalam ketaatan dan memiliki moral beragama, memulai dari diri mereka sendiri yang demikian itu adalah langkah pertama dalam mendidik anak keturunan agar menjadi keturunan yang berkependidikan dan bermoral.

B. Sabar dalam mendidik anak

            Kesabaran merukapakan hal yang sangat dituntut dalam mendidik anak agar menjadi keturunan yang sholih, berkependidikan, bermoral dan berperangrai baik. Semakin besar kesabaran orangtua dalam menghadapi kekurangan, kesulitan dalam mendidik anak maka itu semua akan menjadi buah manis dikemudian hari.

            Ketika seseorang telah menikah maka itu menunjukan ia siap untuk menghadapi kesulitan yang akan dia hadapai bersama pasangannya, baik dari ekonomi keluarga, pendidikan anak, dan lain sebagainya. Namun pendidik anak pertama adalah sang ibu, semakin sang ibu bersabar maka semakin baikpula hasil yang akan dicetaknya. Sebagaimana Ummu Sulaim ibu dari sahabat Anas bin malik ketika ia rela melepaskan anaknya tercinta demi bisa belajar, mencontoh dan mendapatkan pendidikan dari Nabi ﷺ , dengan mengatakan “ wahai Rasulullah ini Anas dia akan melayanimu”(HR. Muslim no.2408). bagi seorang ibu melepas anaknya yang masih kecil merupakan suatu hal yang sangat memberatkan baginya, namu Ummu Sulaim melakukan itu semua demi mendidik anaknya agar menjadi seorang yang mulia dalam islam. Maka jadilah Anas bin Malik salah satu ulama sahabat.

            Kesabaran seorang ibu dalam mendidik anaknya merupakan kunci kesuksesan, dibalik kesabaran itu ada buah manis berupa pahala dari Allah ta’ala dan buah manis keberhasilan sang anak.

            Kesabaran sang ayah-pun dituntut dalam mendidik sang anak. kita mengetahui betapa banyak ulama yang mereka menjadi orang yang besar karna sebab didikan sang ayah, diantarnaya adalah Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, anak dari ulama besar, anak dari seorang yang dijuluki imam daarul hijrah, ia besar dibawah naungan sang ayah yang sabar dalam mendidik dan mengarahkanya, hingga jadilah ia seorang ulama yang besar seperti sang ayah.

            Semua ini menunjukkan bahwa kesabaran dari ibu dan ayah merupakan hal yang harus ada dan selalu ada dalam mendidik anak agar tumbuh menjadi anak yang berakhlak, bermoral dan berkependidikan.

C. Menjadikan ajaran islam sebagai acuan dalam pendidikan

            Syariat islam yang sempurna ini telah mencakup semua aspek kehidupan, dari hal yang sangat besar sampai hal yang sangat kecil seperti buang hajatpun telah ada dalam islam.

            Islam adalah agama ilmu, agama yang mendasari semua aspek yang berkaitan denganya dan juga kehidupan manusia dengan ilmu bukan perasaan. Demikian pula islam telah mengajarkan cara mendidik keluarga agar menjadi keluarga yang memiliki moral beragama.

            Seorang kepala keluarga harus mengajarkan dan membimbing keluarganya agar selalu sejalan dengan Syariat Islam, agar keluarganya tidak terjerumus dalam api neraka, karena itulha tujuan utama dalam berkeluarga. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا  

“wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka”(QS 66:5).

            Kesalahan yang terjadi pada keluarga merupakan tanggung jawab kepala keluarga, dan ia akan ditanyak tentang hal tersebut pada hari kiamat kelak. Kepala keluarga harus bisa menjaga keluarganya dari hal-hal yang diharamkan oleh Syariat Islam, terutama dosa-dosa besar seperti Syirik, Bid’ah dan yang lainya, karena itu semua merupakan bentuk ghuluw (berlebihan) dalam beragama.

            Demikian juga ketika mendidik dan mengarahkan keluarganya, hendaklah ia mengajarkan keluarganya sejalan dengan Sunnah Nabi ﷺ , menjauhi segala cara yang diharamkan dan bertentangan dengan Sunnah-nya.

            Seorang kepala keluarga harus menjadikan Syariat Islam sebagai acuan dalam mendidik dan membimbing keluarganya, yang dengan Syariat Islam itulah bisa terbentuk dan tercipta keluarga yang memiliki moral beragama yang baik dan benar.

D. Berdoa dan bertawakkal kepada Allah ta’ala

            Setelah langkah awal dalam mendidik dan menanamkan moral beragama pada anak, serta menjadikan diri sebagi cerminan bagi anak dan juga menjadikan syariat sebagai acuan dalam mendidik keluarga, maka itu semua ada bentul ikhtiyar yang dilakukan keluarga, dan yang tersisah adalah berdoa dan bertawakkal kepada Allah ta’ala.

            Orangtua harus mengetahui bahwasanya doa mereka merupakan doa yang sangat mustajab, merupakan doa yang tidak ada penghalang antara dia dan Allah ta’ala. Sebagaimana Nabi ﷺ bersabda :

ثلاثُ دَعواتٍ لا تُرَدُّ: دعوةُ الوالِدِ لِولدِهِ، ودعوةُ الصائِمِ، ودعوةُ المسافِرِ

“ ada tiga doa yang tidak akan tertotal: doa orangtua untuk anaknya, doa orang yang berpuasa dan doa seorang musafir” (Syaikh Al-Albani dalam shahihul jami’ no.3032).

            Maka hendaklah orangtua menjadi orang terdepan yang mendoakan anaknya agar menjadi anak yang sholih, anak yang berbakti, dan anak yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah ta’ala.

E. Nikah muda dan tantangan dalam mendidik dan membimbing keluarga.

            Pada poin ini penulis ingin sekali menyampaikan tantangan dalam mendidik dan membimbing keluarga ketika seseorang ingin menikha muda. Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi penulis, karena penulis menikah pada usia yang sangat muda yaitu 18 tahun dan istri penulis 16 tahun. Kemudia dianugerahi anak pada usia 19 tahun.

            Menikah muda merupakan keinginan kebanyakan pemuda demi menjaga diri mereka dari fitnah syahwat yang luarbiasa dahsyat. Namun kebanyakan mereka hanya terbatas pada keinginan untuk melampiaskan syahwat mereka semata, padahal didepan mereka begitu banyak tantangan dalam berumah tangga.

            Peremasalah yang pasti didapati pasangan muda adalah pendidikan anak, diusia yang tergolong sangat muda tentu itu sudah menjadi permasalahan tersendiri bagi pasangan muda. Namun umur bukanlah tolak ukur seseorang sudah dewasa atau belum, akan tetapi pola pikirnya lah yang menentukan itu.

            Semakin maju pola pikir dan sudut pandang kedua pasangan maka semakin bijaksanalah keputusan yang mereka ambil, demikian juga ketika mereka mendidik anak mereka.

            Pendidikan anak merupakan hal yang sangat berat dan menyulitkann, ditengah zaman yang penuh dengan fitnah. Banyak tantangan dan kesulitan yang pasti dilalui bersama.

            Ketika mendidik anak sebisa mungkin sang suami sekalipun masih muda memiliki pola pikir yang dewasa, sehingga ketika ia mendidik anak dan istrinya selalu berdasarkan Dalil Syar’I buka berdasarkan keinginannya semata. Tantangan yang paling nyata adalah gejolak jiwa muda yang dirasakanya, ketika ia melihat kebanyakan temanya masih bisa bersenang-senang sedang ia harus bersusah payah mendidik dan melayani keluarganya. Tapi itulah resiko yang diambilnya, bukan berarti langkah yang ia tempuh salah namu ia harus bisa memasang perisai besi dan baju besi sehingga ia tidak mudah tertusuk gejolak jiwa muda itu.

             Pendidikan yang diajarkan Islam sudah sangat jelas dan gamblang, dan hendaknya bagi pasangan muda untuk menjadikan ajaran Islam sebagai acuan dalam mendidik dan membimbing anak keturunanya.

Penutup

A. Kesimpulan

            Keluarga harus bisa mendidik anak keturunan mereka dengan baik dan benar, sesuai dengan Dalil Syar’I, sehinga sang anak bisa tumbuh dalam ketaatan kepada Allah subhaanahu wa ta’ala.

            Tantangan dalam mendidik pasti ada, tapi itu semua merupakan keharusan dan takdir yang telah Allah tentukan. Manusia tidak bisa lepas dari itu semua, tapi bukan berarti ketika kesulitan itu datang seorang itu berputus asa dan tidak melangkah maju lagi, akan tetapi hendaknya ia melangkah maju sekalipun ia harus merasakan kepedihan yang lebih mendalam lagi demi menggapain buah manis dari perjuangan itu semua.

            Kunci kesuksesan dalam mendidik ada dua doa, dan kesabaran. Apabila dua hal ini ada pada seseorang maka bisa dipastikan dia akan sukses dan meraih apa yang ia inginkan.

B. Rekomendasi

            Tulisan ini penulis rekomendasikan kepada kaum muslimin secara umum dan kepada orangtua maupun keluarga secara khusus, demi bisa menyadarkan mereka terhadap pentingnya keluarga dalam pendidikan moral beragama.

DAFTAR PUSTAKA

Al Qur’anul Karim

Ibnu Majah, Muhammad bin Yazid Al Qozwaini. Sunan Ibnnu Majah.

Al Albani, Muhammad Nashiruddin. Shahihul Jami’.